Gaya casuals dipeloporioleh kelompok anak muda kalangan atas yang mempunyai tingkat pekerjaan danpendidikan lebih tinggi sebagai lawan dari kalangan skinheads yang biasanyaberada dalam posisi sosial kurang menguntungkan. Mereka biasanya mengenakansetelan pakaian santai atau pakaian sports yang bermerk mahal. Basis pakaianpara perempuannya adalah pakaian laki-laki seperti cardigans atau celanapantalon.
Suatu jenis gaya ataukelompok yang juga memainkan peranan penting dalam kebudayaan anak-anak mudaadalah rockers. Kelompok rockers ini biasanya dijuluki juga sebagai leatherboys karena ciri khasnya memakai jaket kulit, celana jins ketat, rambutpanjang, asesoris serba metal, pemuja fanatik musik rock, dan di awalkemunculannya kerap diidentikkan dengan sepeda motor besar. Penampilan merekayang tampak liar dan keras ini tentu saja secara substansial sangat berbedadengan penampilan para teddy boy yang sangat dandy dan flamboyan: sepatu kulitmengkilap serta jas dan blazer yang rapi.
Semua hal yang telahdipertontonkan lewat tubuh: gaya pakaian, gaya rambut, serta asesorispelengkapnya, lebih dari sekedar demonstrasi penampilan, melainkan demonstrasiideologi. Sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa globalisasi berperanan besardalam penyebaran gaya ke seluruh dunia meskipun tidak dalam waktu yangbersamaan. Globalisasi beserta seluruh perangkat penyebarannya, televisi,majalah, dan bentuk-bentuk media massa yang lain, juga menyebabkan peniruangaya yang sama, tetapi dengan kesadaran yang samasekali berbeda dengan kontekssejarah awalnya. Jadi, para anak muda yang mengenakan dandanan serba punk diIndonesia ini sangat mungkin diilhami oleh sesuatu yang sangat berbeda dengangenerasi punk pendahulu mereka di negara asalnya.
Sampai tahap ini, kitabisa melihat adanya hubungan yang kompleks antara tubuh, fesyen, gaya danpenampilan, serta identitas kepribadian yang ingin dikukuhkan oleh seseorang.Pembentukan identitas bukan persoalan sederhana. Ia tidak pernah bergeraksecara otonom atau berjalan atas inisiatif diri sendiri, tapi dipengaruhi olehberbagai macam faktor yang beroperasi bersama-sama. Faktor-faktor tersebut bisadiidentifikasi sebagai kreativitas, bahwa semua orang diwajibkan untuk kreatifsupaya tampak berbeda dan dianggap berbeda pula. Kemudian ada faktor pengaruhideologi kelompok dan tekanan teman sepermainan sebaya. Di sini, persoalanmerek sepatu atau jenis pakaian bisa jadi persoalan besar karena ikutmenentukan apakah seseorang dianggap memenuhi syarat untuk dimasukkan dalamkelompok tertentu atau tidak.
Faktor-faktor lainnya adalah status sosial,bombardir iklan-iklan media, serta unsur kesenangan (pleasure dan fun). Unsurkesenangan ini bisa dipakai untuk menjelaskan dan memahami kelompok anak mudayang mengadopsi, mengkonsumsi atau mencampurkan berbagai macam gaya dengantanpa referensi jelas terhadap makna asalnya. Gaya menjadi kolase-kolase. Hanyapenampilan semata. Hanya fashion. Tetapi hal ini tidak berarti mereduksi gayamenjadi sesuatu yang tidak bermakna. Berakhirnya otentisitas bukan berartikematian makna. Kolase, peniruan-peniruan, kombinasi, ambil sana-ambil sini,ikut membentuk lahirnya makna-makna baru.
Belum ada tanggapan untuk "Fesyen dan Kesenangan"
Post a Comment
Silahkan di komen....