Kumpul Kebo

Film seri Beverly Hills memang pernah sangat populer di Indonesia. Saat itu, hampir seluruh remaja menontonnya. Film ini memberikan gambaran tentang bagaimana remaja Amerika di kawasan Beverly Hills dalam kehidupan kesehariannya, termasuk masalah cinta. 

Terlepas dari persoalan apakah film Beverly Hills tersebut benar-benar menggambarkan kenyataan yang terjadi di sana atau melebih-lebihkan, tetapi remaja di Indonesia, dari film ini, memang mendapat gambaran tentang bagaimana remaja Amerika menjalani pola pacaran mereka, termasuk pola hidup bersama dengan pacar. 


Film yang sejenis dengan Beverly Hills adalah serial Melrose Place. Bedanya, Melrose Place memang ditujukan untuk kelompok umur yang lebih tua. Remaja kita juga mengkonsumsi berbagai kisah cinta dalam film-film yang banyak memberikan inspirasi bagi mereka untuk mengungkapkan cinta.

Keputusan hidup bersama, sering kali dituding sebagai sebuah sikap yang tidak menghargai lembaga perkawinan. Selama ini, lembaga perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang sakral sehingga harus diperlakukan dengan “baik dan benar”. Hidup bersama dianggap sebagai sebuah sikap yang mengadopsi pola-pola perilaku yang seharusnya dilakukan hanya jika pasangan tersebut sudah menikah. 

Orang Indonesia punya sebutan yang unik untuk pasangan yang hidup bersama sebelum menikah: “Kumpul Kebo”. Secara sederhana diartikan begini: pasangan yang telah tinggal serumah sebelum menikah, sama halnya dengan binatang (yang kemudian diidentifikasikan dengan kerbau), yang tinggal satu atap tanpa ikatan resmi. Istilah kumpul kebo, yang menganalogikan hubungan manusia dengan binatang itu tentu saja menunjukkan bagaimana masyarakat menilai negatif keputusan untuk hidup bersama tanpa menikah.

Di Indonesia, seks diposisikan sebagai tabu yang pertama. Dan pola hidup bersama dengan pacar sangat identik dengan seks di luar lembaga pernikahan. Masyarakat selama ini memastikan bahwa pasangan yang hidup bersama tersebut tentu saja melakukan aktivitas seksual. Meski kasus hamil di luar nikah sekarang ini banyak sekali terjadi, namun itu sama sekali tidak menunjukkan adanya kelonggaran masyarakat terhadap konvensi sosial yang membatasi hubungan seksual dalam lembaga pernikahan. Pokoknya, pemenuhan naluri biologis hanya dibenarkan dalam ikatan suami istri. Jika tidak, berarti salah dan haram hukumnya. Itu sebabnya, masyarakat memberikan penilaian yang sama atau bahkan jauh lebih buruk bagi pasangan “pelaku kumpul kebo”. 

Istilah kumpul kebo berasal dari masyarakat Jawa tradisional (generasi tua). Ini membuktikan bahwa sebenarnya perbuatan hidup bersama -sering disebut dengan istilah samen leven- bukanlah perkara yang baru, sejak dulu telah menjadi satu fenomena yang dianggap melanggar konvensi sosial masyarakat. Kumpul kebo senantiasa ditolak, dilarang, akan tetapi tak bisa dipungkiri tak pernah hilang dari khasanah perilaku individual di kalangan orang Jawa sendiri. 

Di berbagai surat kabar, kita sering mendengar bagaimana masyarakat 'menghakimi' pasangan yang tertangkap basah hidup bersama. Tak jarang mereka diarak telanjang keliling dusun, atau bahkan langsung dinikahkan segera setelah kepergok. Dan tak ada satupun alasan yang bisa membuat mereka lolos dari sanksi sosial. Soalnya masyarakat percaya, bahwa perkawinan adalah sesuatu yang mudah dan alamiah. Jadi tak perlu ada latihan menikah segala.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kumpul Kebo"

Post a Comment

Silahkan di komen....